Raja Semut Hitam

Bahagia Tanpamu

Bahagia Tanpamu
Sukacita Panen Rumput Laut

Rabu, 23 Juni 2010

Sembuhlah…!! Untuk Gadis Kecil Dalam Pelukanku ini…

Kau berteriak sambil meronta-ronta dalam pegangan beberapa orang. Akhirnya kau terdiam. Aku melihat wajahmu dengan aura marah…Entah apa yang sedang terjadi denganmu, entah apa juga yang sedang kau pikirkan, meski aku coba mengerti, kau sedang tidak suka dengan keadaan ini. Aku coba menghampiri kehadiran kalian dengan senyum, seolah tidak terjadi apa-apa dengan kalian, keluargaku. Tidak ada tawa, tidak ada raut sukacita dan keramaian, yang ku lihat dari wajah-wajah orang-orang yg ku kasihi ini.

Aku tersenyum sambil menanyakan perjalanan kalian untuk sampai ke kota ini, Kota Bandung. Kalian hanya menjawab sekenanya saja. “Ah…mungkin mereka sudah terlalu lelah dalam perjalanan”, sahutku dalam hati. Aku menatap lagi wajahmu, yang hanya diam dengan tatapan kosong, tanpa menyapa ku, yang biasanya kau lakukan dengan gembiranya dan dengan berbagai pertanyaan yg kadang aku pun malas untuk menjawabnya. Kau duduk tepat di tengah mobil keluarga tersebut, dengan di dampingi dua pria yg duduk di sampingmu.

Aku coba menghampiri ponakanku, pujaan hatimu, gadis kecilku yang masih berusia sekitar 5 tahun dengan segala keluguannya. Sengaja ku ulurkan tanganku, agar dia datang ke pelukanku. Ah…kau masih menawan hati, sayang, sekalipun kau belum mandi, sekalipun kau masih di balut aroma perjalanan jauh untuk sampai ke kota ini. Ah, aku bisa membayangkan, kalaulah perjalanan keluarga kita ini untuk liburan, pastilah kita sedang berjalan kearah kebun binatang. Aku pasti akan menggendongmu, sambil menunjukkan berbagai binatang yang ada di kebun binatang tersebut, sambil mengenalkan nama-nama binatang tersebut. Ah, tentu sangat indah, sangat menarik dan kita sekeluarga akan menikmati perjalanan ini. Kita pasti sedang tertawa, melihat pola tingkah aneh binatang-binantang yang ada di kebun ini. Kita akan berpose dengan berbagai gaya yang menurut kita paling layak untuk di andalkan, saat ada aba-aba jepretan camera. Kita pasti akan makan bersama, sambil berebut saat akan membayar makanan yg telah kita santap. Ah…, itu hanya andai kok sayang, putri kecilku.

Aku tahu, perjalanan kalian dari kuningan sangat melelahkan, sekalipun kalian hanya menempuhnya sekitar 6 jam, tapi kalian sudah berangkat sejak tengah malam, agar sampai pagi-pagi betul di kota ini. Aku kembali menatapmu, yg masih dengan wajah dan tatapan kosongmu, yang masih dengan wajah dan aura marah dalam gerammu, yg belum juga kami temukan apa penawar amarahmu, krn kau tidak suka dan tidak nyaman dengan keadaan ini. Aku berusaha menghampirimu, meski kutahu keluarga lainnya tidak ingin menghampirimu. Aku diam dan berusaha untuk merasakan apa yg kau rasakan, sampai kau bertanya dengan pertanyaan yg ringan dan di akhiri dengan teriakan. Ah…mungkin karena itulah kau kesal, mungkin juga itulah pikiran yg berkecambuk dalam hatimu, dalam otakmu dan dalam hidupmu.

Kami bergegas berangkat, agar teriakanmu tidak mengganggu orang lain. Aku berusaha menenangkan gadis kecilku, pujaan hatimu, dengan berbagai pertanyaan, yang ku tahu dia pun belum begitu mengerti keadaan ini. Sambil ku tunjuk beberapa gambar saat mobil kita melewati pertokoan di Cihampelas, mengenalkan tokoh-tokoh jagoan yg terpajang di depan toko-toko yg selalu di datangi ribuan org dari berbagai kota.

Akhirnya kita sampai, Kini giliranmu yang harus ku tuntun, tiba-tiba kau menangis, entah apa yg membuatmu menangis dengan sedihnya, saat kita sudah sampai di ruangan ini. Kami sekeluarga coba menenangkanmu, ku lihat wajah pilu raut muka-muka keluarga saat melihat kau terus saja menangis sambil memegang kepalamu. Aku tahu kau butuh pertolongan, dan hanya doa yg bisa ku panjatkan saat ini sambil menyadarkanmu dalam sedihmu. Kau pasti tahu tempat ini dimana, sekalipun kadang aku ragu, apakah kau tahu tempat ini.

Kau lebih tenang setelah menangis. Lelapkanlah tidurmu. Aku berharap, saat kau membuka matamu, kau sudah tersadar dari kebodohanmu. Tiba-tiba kau mengerang dengan sekerasnya, aku hanya bisa berdiam, sambil melipat tangan dalam haruku, karena aku tidak dapat berbuat apa-apa. Aku lihat kekasihmu, yang hanya terduduk, yang hanya terdiam tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Tatapan kami sekeluarga hanya tertuju padamu dengan sejuta pikiran yg membuat kami kalut dan tak tahu harus berbuat apa-apa.

“Aku lapar” : Sahutmu pada kami beberapa saat kemudian. Bagi kami, membawamu ke tempat bahkan yg termahal di kota ini pun, bukanlah masalah. Beberapa dari kami mengantarmu ke kantin di samping tempat peraduanmu nanti. Setelah di sediakan makanan, kau hanya mau duduk di lantai, sekalipun ada tempat duduk tersedia di kantin ini. Orang-orang yg ada di tempat itu melihat heran dan beberapa diantaranya ketakutan. Semoga kau tidak membentak mereka, seperti saat kau melakukannya ke suster, saat kau tiba-tiba marah di ruangan kelas gadis kecilmu dan banyak kejadian lainnya yang sangat memilukan dan menjadi pertanyaan, kenapa kau bertindak bodoh ? Ada apa denganmu ?. Ada rasa iba dan sebenarnya beberapa diantara kami malu, tp aku tahu, kau pun tidak ingin berkelakuan seperti ini. Kami hanya menuruti kemauanmu saat ini.

Aku sejenak mengingat tentang dirimu, kala beberapa tahun lalu berkunjung ke kota ini. Kau sangat ceria, kau hanya menanyakan berbagai tempat yang ada di kota ini, seakan-akan kita bisa menjelajahinya dalam satu hari karena kau ingin menikmati semua tempat-tempat di kota ini, walau aku tahu, tujuanmu hanyalah ingin melihat beberapa jaket kulit dan akhirnya akan ke tempat kaset lagu-lagu daerah. Kau selalu tersenyum sambil menawarkan aku beberapa kaset untuk di beli. Kau membeli sangat banyak saat itu, ada lebih dari 25 kaset, seakan-akan kau ingin menjualnya di kotamu.

Aku juga masih ingat, saat kau membelikan gitar pertamaku waktu awal ku beranjak SMU, Tape Recorderku saat awal kuliah, ke 2 buah Sound untuk computer di kamar dan masih banyak lagi. Ah…itu dulu. Kini, hanya berkomunikasi dengamu pun, aku agak berpikir panjang.

Hampir 4 jam, kami mengurus semua. Dengan menghadapi berbagai pertanyaan-pertanyaan yang menurutku tidak terlalu penting, tapi pasti lah ada manfaatnya. Harus melewati banyaknya ruangan dengan prosedur yg seperti di buat rumit. Kadang kami harus ke ruangan ini, harus ke ruangan itu baru keruangan yg satu lagi, hanya dengan membawa berkas yg kami juga kurang tahu, kenapa tidak di buat berdekatan saja.

Ah, sudahlah, kami hanya mau agar cepat usai. Kami sampai lagi pada ruangan dimana kau berada. Sahutku dalam hati : “Kau akan bersama-sama dengan orang-orang yang ku lihat ada di kamar-kamar sempit dengan teralis besi seperti penjara, lengkap dengan seragamnya, sekalipun mereka bukanlah narapidana seperti yang sering ku lihat di Penjara-penjara.” Tatapanmu seakan berbicara, bahwa kau tidak ingin kami tinggalkan, bahwa kau tidak ingin berada di tempat ini. Dan, kami meninggalkan dirimu yang sedang tak berdaya dalam tangismu, dalam erangan dan teriakanmu, sampai akhirnya suara itu hilang dari kejauhan.

Kami hanya ingin, kau lekas sembuh dari sakitmu, agar bisa bersama-sama lagi dengan keluarga, agar kau bisa menggendong buah hatimu, gadis kecil yang sedang berada dalam pelukanku. Agar tidak terlebih dahulu waktu mendewasakannya, sehingga dia mengerti guncangan jiwamu dan akan berkata dalam hatinya “Papaku orang gila “


Bandung, Akhir bulan Mei 2010 @ Riau 11 – RSJ Cimahi.

For My Uncle “ Cepat sembuh yah uda, kau harus melihat putrimu yang semakin dewasa, dia sudah mulai mengerti nguncangan jiwamu yg kami pun tak tau kenapa kau bisa terguncang…”

“Saat menemui senyum anggota keluargaku yg semakin langka, aku hanya bisa berdoa agar semua cepat berakhir dengan sukacita. Minggu ini, aku akan melihat keadaannya, mungkin akan di pindahkan lagi ke RSJ Cimahi, untuk mendapat perawatan yg lebih baik.”

Bandung, 23 Juni 2010 @ RS. Salamun, lalu akan mengurus kepindahan ke RSJ Cimahi lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar